Tuesday 16 February 2010

Perkawinan pertama belum tentu tidak menterlantarkan keluarga.

Seorang pejabat departemen agama semalam menyatakan sebab diadakan nya aturan baru poligami ini untuk menjamin anak dan istri tidak diterlantarkan.kalau memang tujuannya itu seharusnya secara konsekwen seharusnya tidak hanya perkawinan kedua dst saja yang perlu ijin pengadilan tetapi juga perkawinan pertama.memangnya sudah yakin perkawinan pertama suami tidak menterlantarkan istri dan anak?cukup banyak pada perkawinan pertama suami yang menterlantarkan keluarganya.

Monday 15 February 2010

Syariat Poligami

Sejak dari dahulu kala praktek poligami sudah ada.Kita mengetahui dalam riwayat2 dahulu dan sejarah bangsa-2 bahkan nabi sulaiman beristri sampai 900 orang.Sebelum islam datang praktek ini tidak dibatasi.setelah Islam datang dibatasi sampai 4 saja.Disini jelas Islam mengangkat derajad perempuan.

Islam turun dengan membawa risalah Quran dan sunnah rasul.Ini berasal dari Allah yang Maha Pandai dan Maha Mengetahui.Allah mengetahui pasti apa apa kebutuhan manusia yang telah diciptakannya.Sedang manusia adalah mahluk Maha bodoh dibanding Allah.Juga dipengaruhi oleh Nafsu-nafsu.Sedang seperti malaikat sama sekali tidak bernafsu.

Aturan-2 dalam Quran dan sunnah rasul pastilah benar dan tepat bagi manusia sepanjang zaman.Hanya terkadang otak manusia saat-saat tertentu belum sanggup menterjemahkannya dan membenarkannya.Baru dikemudian hari setelah ilmu berkembang manusia dapat menerima hal tersebut.Saya berikan satu contoh.pertama surat yunus: 5 ,yang menerangkan tentang beredarnya matahari dan bulan.Pihak gereja dan penguasa Roma saat itu tahun 1616 menahan Galileo yang mengatakan bumi beredar.Sedang gereja menyatakan bumi datar.Pengetahuan saat ini jelas bumi tidak datar.

Poligami adalah suatu kebenaran dan hukum asal perkawinan adalah poligami.Kemudian Allah mengetahui bahwa diantara hambanya ada yang tidak sanggup berpoligami saat itulah diperintahkan untuk orang-2 yang tidak sanggup berpoligami beristri satu saja.
Hal ini seperti sahabat Nabi Abudzar Alghifari yang suatu saat minta jabatan kepada Nabi saw kemudian Nabi menerangkan jabatan adalah amanah dan Abu adalah orang lemah dan tidak sanggup menjalankannya.
Jadi jelas berpoligami lebih baik dari monogami.Sama dengan orang yang shalat berjemaah lebih baik dari shalat sendirian.

Masalahnya adalah poligami belum menjadi mode di Indonesia saat ini.Karena itulah orang yang menjalankannya terasa berat dan dipersulit oleh aturan-2 adat dan aturan negara sekuler ,ini akibat belum sampainya kebenaran kepada mereka.

Poligami Rasulullah JUGA TIDAK ADIL karena rasul juga manusia,hanya bagi Allah yang penting jangan terlalu condong pada seseorang sehingga yang lain terkatung-katung ( annisa 129).Terkatung-2 dari makna terminologi adalah SEPERTI kondisi tidak di kawin juga tidak dicerai.Tidak diurus,tidak dipedulikan,tidak disayang,tidak diberi nafkah dll tapi masih dalam status kawin.
Jadi batas BOLEHNYA(range/deviasi) keadilan dalam poligami adalah mulai adil 100%(ini Nabi Muhammad SAW pun tak sanggup) sampai batas seperti menggantungkan (tidak dikawin dan tidak dicerai)

Marilah kita belajar agama dan ilmu sampai kedalaman dan nanti akan timbul kebenaran itu dan pastilah akan membenarkan poligami.Insyaallah.

Saturday 6 February 2010

Sebab bertambah dan berkurangnya iman.

Sebab Bertambah dan Berkurangnya Iman

Setelah kita mengetahui iman itu bertambah dan berkurang, maka mengenal sebab-sebab bertambah dan berkurangnya iman memiliki manfaat dan menjadi sangat penting sekali. Sudah sepantasnya seorang muslim mengenal kemudian menerapkan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, agar bertambah sempurna dan kuat imannya. Juga untuk menjauhkan diri dari lawannya yang menjadi sebab berkurangnya iman sehingga dapat menjaga diri dan selamat didunia dan akherat.
Syeikh Abdurrahman as-Sa'di rahimahullah menerangkan bahwa seorang hamba yang mendapatkan taufiq dari Allah Ta'ala selalu berusaha melakukan dua perkara:
1. Merealisasikan iman dan cabang-cabangnya serta menerapkannya baik secara ilmu dan amal secara bersama-sama.
2. Berusaha menolak semua yang menentang dan menghapus iman atau menguranginya dari fitnah-fitnah yang nampak maupun yang tersembunyi, mengobati kekurangan dari awal dan mengobati yang seterusnya dengan taubat nasuha serta mengetahui satu perkara sebelum hilang.[1]

Mewujudkan iman dan mengokohkannya dilakukan dengan mengenal sebab-sebab bertambahnya iman dan melaksanakannya. Sedangkan berusaha menolak semua yang menghapus dan menentangnya dilakukan dengan mengenal sebab-sebab berkurangnya iman dan berhati-hati dari terjerumus di dalamnya.
Sebab-sebab Bertambahnya Iman
Pertama: Belajar ilmu yang bermanfaat yang bersumber dari al-Qur`aan dan as Sunnah. Hal ini menjadi sebab pertambahan iman yang terpenting dan bermanfaat karena ilmu menjadi sarana beribadah kepada Allah Ta'ala dan mewujudkan tauhid dengan benar dan pas. Pertambahan iman yang didapatkan dari ilmu bisa terjadi dari beraneka ragam sisi, di antaranya:
1. Sisi keluarnya ahli ilmu dalam mencari ilmu
2. Duduknya mereka dalam halaqah ilmu
3. Mudzakarah (diskusi) di antara mereka dalam masalah ilmu
4. Penambahan pengetahuan terhadap Allah dan syari'at-Nya
5. Penerapan ilmu yang telah mereka pelajari
6. Tambahan pahala dari orang yang belajar dari mereka


Kedua: Merenungi ayat-ayat kauniyah. Merenungi dan meneliti keadaan dan keberadaan makhluk-makhluk Allah Ta'ala yang beraneka ragam dan menakjubkan merupakan faktor pendorong yang sangat kuat untuk beriman dan mengokohkan iman.
Syeikh Abdurrahman as-Sa'di rahimahullah menyatakan, "Di antara sebab dan faktor pendorong keimanan adalah tafakur kepada alam semesta berupa penciptaan langit dan bumi serta makhluk-makhuk penghuninya dan meneliti diri manusia itu sendiri beserta sifat-sifat yang dimiliki. Ini semua adalah faktor pendorong yang kuat untuk meningkatkan iman".[2]
Ketiga: Berusaha sungguh-sungguh melaksanakan amalan shalih dengan ikhlas, memperbanyak dan mensinambungkannya. Hal ini karena semua amalan syariat yang dilaksanakan dengan ikhlas akan menambah iman. Karena iman bertambah dengan pertambahan amalan ketaatan dan banyaknya ibadah.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah pernah menuturkan, "Di antara sebab pertambahan iman adalah melakukan ketaatan. Sebab iman akan bertambah sesuai dengan bagusnya pelaksanaan, jenis dan banyaknya amalan. Semakin baik amalan, semakin besar penambahan iman dan bagusnya pelasanaan ada dengan sebab ikhlas dan mutaba'ah (mencontohi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam). Sedangkan jenis amalan, maka yang wajib lebih utama dari yang sunnah dan sebagian amal ketaatan lebih ditekankan dan utama dari yang lainnya. Semakin utama ketaatan tersebut maka semakin besar juga penambahan imannya. Adapun banyak (kwantitas) amalan, maka akan menambah keimanan, sebab amalan termasuk bagian iman. Sehingga pasti iman bertambah dengan bertambahnya amalan."[3]
Sebab-sebab Berkurangnya Iman
Sebab-sebab berkurangnya iman ada yang berasal dari dalam diri manusia sendiri (faktor internal) dan ada yang berasal dari luar (faktor eksternal).
Faktor internal berkurangnya iman
Pertama: Kebodohan. Ini adalah sebab terbesar berkurangnya iman, sebagaimana ilmu adalah sebab terbesar bertambahnya iman.
Kedua: Kelalaian, sikap berpaling dari kebenaran dan lupa. Tiga perkara ini adalah salah satu sebab penting berkurangnya iman.
Ketiga: Perbuatan maksiat dan dosa. Jelas kemaksiatan dan dosa sangat merugikan dan memiliki pengaruh jelek terhadap iman. Sebagaimana pelaksanaan perintah Allah Ta'ala menambah iman, demikian juga pelanggaran atas larangan Allah Ta'ala mengurangi iman. Namun tentunya dosa dan kemaksiatan bertingkat-tingkat derajat, kerusakan dan kerugian yang ditimbulkannya, sebagaimana disampaikan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah dalam ungkapan beliau, "Sudah pasti kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan bertingkat-tingkat sebagaimana iman dan amal shalih pun bertingkat-tingkat".[4]
Keempat: Nafsu yang mengajak kepada keburukan (an-nafsu ammaratu bissu'). Inilah nafsu yang ada pada manusia dan tercela. Nafsu ini mengajak kepada keburukan dan kebinasaan, sebagaimana Allah Ta'ala jelaskan dalam menceritakan istri al-Aziz ,
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang." (Qs Yusuf: 53)
Nafsu ini menyeret manusia kepada kemaksiatan dan kehancuran iman, sehingga wajib bagi kita berlindung kepada Allah Ta'ala darinya dan berusaha bermuhasabah sebelum beramal dan setelahnya.
Faktor eksternal berkurangnya iman
Pertama: Syeitan musuh abadi manusia yang merupakan satu sebab penting eksternal yang mempengaruhi iman dan mengurangi kekokohannya.
Kedua: Dunia dan fitnah (godaan)nya. Menyibukkan diri dengan dunia dan perhiasannya termasuk sebab yang dapat mengurangi iman. Sebab semakin semangat manusia memiliki dunia dan semakin menginginkannya, maka semakin memberatkan dirinya berbuat ketaatan dan mencari kebahagian akherat, sebagaiman dituturkan Imam Ibnul Qayyim.
Ketiga: Teman bergaul yang jelek. Teman yang jelek dan jahat menjadi sesuatu yang sangat berbahaya terhadap keimanan, akhlak dan agamanya. Karena itu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah memperingatkan kita dari hal ini dalam sabda beliau,
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
"Seorang itu berada di atas agama kekasihnya (teman dekatnya), maka hendaknya salah seorang kalian melihat siapa yang menjadi kekasihnya."[5]
Demikianlah perkara yang harus diperhatikan dalam iman, mudah-mudahan hal ini dapat menggerakkan kita untuk lebih mengokohkan iman dan menyempurnakannya.

Wabillahi taufiq.
Penulis: Ustadz Kholid Syamhudi, Lc
Artikel www.muslim.or.id
[1] At-taudhih wa al-Bayaan Lisyajarat al-Imaan hlm 38
[2] Ibid hlm 31